My Profile

Foto saya
Lamongan jawa timur, Indonesia
Jangan lihat aku dari luar..............!!!!!

Kamis, 22 September 2011

Teori Eugenika Didasarkan pada Gagasan Darwin

Oleh :  Kh........................"

Teori eugenika muncul di pertengahan awal abad ke-20. Eugenika berarti membuang orang-orang berpenyakit dan cacat, serta “memperbaiki” ras manusia dengan memperbanyak jumlah individu sehat. Sebagaimana hewan jenis unggul dapat dibiakkan dengan mengawinkan induk-induk hewan yang sehat, maka berdasarkan teori ini ras manusia pun dapat diperbaiki melalui cara yang sama.
Seperti telah diduga, yang memunculkan program eugenika adalah para Darwinis. Para pemuka pergerakan eugenika di Inggris adalah sepupu Charles Darwin, Francis Galton, dan anaknya Leonard Darwin.
Telah jelas bahwa gagasan eugenika merupakan akibat alamiah Darwinisme. Bahkan, kebenaran tentang eugenika ini mendapatkan tempat istimewa dalam berbagai penerbitan yang mendukung eugenika, “Eugenika adalah pengaturan mandiri evolusi manusia”, bunyi salah satu tulisan tersebut.
Kenneth Ludmerer, ahli sejarah kedokteran di Washington University, mengemukakan bahwa gagasan eugenika seusia dengan gagasan Republik Plato, tapi ia juga menambahkan bahwa Darwinisme merupakan penyebab munculnya ketertarikan terhadap gagasan eugenika di abad ke-19:
…pemikiran eugenika modern muncul hanya pada abad ke-19. Adanya ketertarikan terhadap eugenika selama abad itu disebabkan oleh banyak hal. Di antara yang terpenting adalah teori evolusi, sebab gagasan Francis Galton tentang eugenika – dan dialah yang menciptakan istilah eugenika – adalah akibat logis langsung dari doktrin ilmiah yang dikemukakan sepupunya, Charles Darwin.47
Di Jerman, orang pertama yang terpengaruh dan kemudian menyebarkan teori eugenika adalah ahli biologi evolusionis terkenal Ernst Haeckel. Haeckel adalah teman dekat sekaligus pendukung Darwin. Untuk mendukung teori evolusi, ia mengemukakan teori “rekapitulasi”, yang menyatakan bahwa embrio dari berbagai makhluk hidup menyerupai satu sama lain. Di kemudian hari diketahui ternyata Haeckel telah memalsukan data ketika memunculkan pendapatnya ini.
Selain membuat pemalsuan ilmiah, Haeckel juga menyebarkan propaganda eugenika. Ia menyarankan agar bayi cacat yang baru lahir segera dibunuh karena hal ini akan mempercepat evolusi pada masyarakat manusia. Ia bahkan melangkah lebih jauh dengan mengatakan para penderita lepra dan kanker serta yang berpenyakit mental harus dibunuh dengan tanpa ada masalah, sebab jika tidak, mereka akan membebani masyarakat dan memperlambat evolusi.
Peneliti Amerika George Stein berkesimpulan tentang dukungan buta Haeckel terhadap teori evolusi dalam artikelnya di majalah American Scientist sebagai berikut:
…[Haeckel] berpendapat bahwa Darwin benar…manusia, tanpa perlu dipertanyakan lagi, berevolusi dari dunia hewan. Demikianlah, dari sini langkah maut telah diambil saat Haeckel pertama kali mengemukakan Darwinisme ke seluruh penjuru Jerman, keberadaan manusia secara sosial dan politik dikendalikan oleh hukum-hukum evolusi, seleksi alam, dan biologi, sebagaimana dikemukakan secara jelas oleh Darwin. Untuk berpendapat sebaliknya adalah pandangan takhayyul yang ketinggalan zaman.


KAITAN ERAT ANTARA DARWIN DAN FASISME

Aliansi Berdarah Antara Darwin dan Hitler
Oleh : Khoirul hanafi

N azisme lahir di tengah kekacauan di Jerman yang menderita kekalahan dalam perang dunia pertama. Pemimpin partai ini adalah Adolf Hitler, sosok pemarah dan agresif. Rasisme melandasi cara pandang Hitler terhadap dunia. Ia meyakini Arya, yang merupakan ras utama bangsa Jerman, sebagai ras paling unggul di atas semua ras lain, sehingga sudah sepatutnya memimpin mereka. Ia memimpikan bahwa ras Arya akan mendirikan imperium dunia yang akan bertahan selama 1000 tahun.
Landasan ilmiah yang digunakan Hitler bagi teori rasis ini adalah teori evolusi Darwin. Tokoh utama yang mempengaruhi pemikiran Hitler, yakni sejarawan rasis Jerman Herinrich Von Treitschke, sangat dipengaruhi teori evolusi Darwin dan mendasarkan pandangan rasisnya pada Darwinisme. Ia sering berkata, “Bangsa-bangsa hanya mampu berkembang melalui persaingan sengit sebagaimana gagasan Darwin tentang kelangsungan hidup bagi yang terkuat,” dan memaklumkan bahwa ini berarti peperangan tanpa henti yang tak terhindarkan. Ia berpandangan bahwa, “Penaklukan dengan pedang adalah cara untuk membangun peradaban dari kebiadaban dan ilmu pengetahuan dari kebodohan.” Ia berpendapat, “Ras-ras kuning tidak memahami ketrampilan seni dan kebebasan politik. Sudah menjadi takdir ras-ras hitam untuk melayani bangsa kulit putih dan menjadi sasaran kebencian orang kulit putih untuk selamanya...”43
Saat membangun teorinya, Hitler, sebagaimana Treitschke, mendapatkan ilham dari Darwin, terutama gagasan Darwin tentang perjuangan untuk bertahan hidup. Judul bukunya yang terkenal, yakni Mein Kampf (Perjuangan Saya), telah terilhami oleh gagasan tersebut. Seperti halnya Darwin, Hitler memberikan status kera pada ras selain Eropa, dan mengatakan, “Singkirkan bangsa Jerman Nordik dan tidak ada yang tersisa kecuali tarian para kera”.44
   Dalam rapat umum partai pada tahun 1933 di Nuremberg, Hitler mengatakan bahwa, “ras yang lebih tinggi menjajah ras yang lebih rendah…sebuah kebenaran yang kita saksikan di alam dan yang dapat dianggap sebagai satu-satunya kebenaran yang mungkin,” karena didasarkan pada ilmu pengetahuan.45
Hitler, yang meyakini keunggulan ras Arya, mempercayai keunggulan tersebut sebagai pemberian alam. Dalam buku Mein Kampf ia menulis sebagai berikut:
Orang-orang Yahudi membentuk ras pesaing lebih rendah di bawah manusia, yang telah ditakdirkan oleh warisan biologis mereka sebagai yang terhina, sebagaimana ras Nordik telah dinobatkan sebagai yang terhormat… Sejarah akan berpuncak pada sebuah imperium milenium baru dengan kemegahan yang tiada tara, yang berlandaskan pada hirarki baru berdasarkan ras sebagaimana ketentuan alam itu sendiri.46
Hitler, yang menganggap manusia sebagai jenis binatang yang sangat maju, percaya bahwa untuk mengatur proses evolusi, diperlukan pengambil-alihan kendali proses tersebut ke tangannya sendiri dalam rangka membangun ras manusia Arya, daripada membiarkannya diatur oleh kekuatan alam dan peristiwa kebetulan. Dan inilah tujuan akhir pergerakan Nazi. Untuk mewujudkan tujuan ini, langkah awalnya adalah memisahkan, dan mengucilkan ras-ras lebih rendah dari ras Arya yang dianggap paling unggul.
Di sinilah Nazi mulai menerapkan Darwinisme dengan mengambil contoh dari “teori eugenika” yang bersumber pada Darwinisme.

KEMULIAAN BERSUMBER DARI AKHLAK, DAN BUKAN DARI RAS ATAU KETURUNAN

Oleh : Khoirul hanafi
Darwin menggambarkan manusia sebagai spesies binatang yang berkembang. Ia juga mengemukakan bahwa sejumlah ras belum menyempurnakan perkembangan mereka, dan sebagai spesies yang lebih dekat kepada binatang. Dalam sejarah umat manusia, semua gagasan ini terbukti sangat berbahaya dan bersifat menghancurkan. Mereka yang telah menjadikan pernyataan Darwin sebagai pedoman hidup mereka telah menindas ras-ras lain tanpa belas kasih, memaksa mereka hidup dalam keadaan yang sangat sulit, dan bahkan memusnakan mereka.
Bryan Appleyard, penulis buku Brave New Worlds, menjelaskan sifat bengis yang mendasari rasisme, beserta akibatnya, sebagaimana berikut:
Intinya adalah bahwa sekali orang menganggap anda sebagai makhluk yang rendah dengan dalih apapun, entah takhayul atau ilmiah, tampaknya tidak ada batas sekejam apa tindakan yang mungkin mereka lakukan terhadap anda. Dan mereka sangat mungkin akan melakukan kekejaman tersebut setelah merasa mendapatkan pembenaran secara penuh, karena ini merupakan tahapan kecil dari meyakini manusia lain sebagai kelas rendah kepada meyakini bahwa ia buruk, berbahaya, atau merupakan ancaman terhadap manusia kelas ‘unggul’. Bahkan, sebagian orang mungkin memberlakukan hal ini secara lebih umum dan menegaskan bahwa semua yang tergolong ‘rendah’ adalah berbahaya karena mengancam kehidupan atau kesehatan seluruh ras manusia. Lalu mereka dapat menganjurkan sterilisasi, pembatasan perkawinan, atau bahkan pembunuhan demi mencegah ancaman dari orang-orang yang tersingkir ini terhadap keutuhan spesies tersebut. 42
Sesungguhnya, semua manusia diciptakan sama. Setiap orang diciptakan oleh Allah (Tuhan). Alquran menjelaskan penciptaan manusia sebagaimana berikut:

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur! (QS. As Sajdah, 32:7-9)

Sebagaimana diungkap dalam ayat di atas, manusia memiliki ruh yang Allah tiupkan ke dalam diri mereka. Setiap manusia dari ras manapun berpikir, merasakan, mencintai, menderita, merasakan kegembiraan, memahami perasaan cinta, kasih sayang, dan haru. Setiap orang juga mengetahui kekejaman, kehinaan, dan kesusahan. Dengan demikian, sepanjang sejarah, mereka yang memyakini manusia dari ras-ras lain sebagai binatang yang belum sepenuhnya berkembang dan menganiaya mereka; mereka yang menyakiti, menindas, memeras walau hanya satu orang; dan mereka yang mendukung segala tindakan ini dengan bukti dan teori palsu yang mereka buat telah melakukan dosa besar dikarenakan kebodohan mereka.
Di masa kini masih terdapat budaya dari masyarakat manusia yang relatif belum berkembang. Orang-orang ini memiliki seluruh sifat kemanusiaan, akan tetapi mereka tidak memiliki ciri-ciri yang, dipandang dari sisi teknik dan budaya, umumnya berlaku di seluruh dunia. Iklim dan kondisi alam di mana mereka tinggal telah menyebabkan banyak masyarakat hidup terisolasi dari masyarakat dunia pada umumnya, dan mereka telah membangun budaya yang sangat berbeda. Tetapi pada setiap masyarakat ini terdapat semua ciri, adat-istiadat, dan kebiasaan yang secara umum berlaku bagi seluruh umat manusia. Mereka yang memiliki rencana tersembunyi, dan yang diuntungkan dengan adanya rasisme, bersemangat dalam mengimani teori Darwin. Mereka menganggap orang-orang yang terisolasi tersebut, yang sebenarnya tidak berbeda dengan manusia-manusia lainnya, sebagai anggota ras rendah, bahkan sebagai binatang. Akibat berpandangan seperti ini, bahkan di masa kita, muncullah orang-orang yang menindas dan memandang hina manusia serta masyarakat terbelakang dengan berdalih bahwa mereka belum cukup berevolusi.
Akan tetapi Allah benar-benar mengharamkan rasisme. Allah menciptakan setiap manusia dengan warna kulit dan bahasanya yang berbeda-beda. Ini adalah tanda kesempurnaan dan keberagaman ciptaan Allah:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Ar Ruum, 30:22)

Dalam pandangan Allah, satu-satunya keunggulan dan kemuliaan manusia terletak pada sifat, kemampuannya menghindari segala bentuk perbuatan dosa, kedurhakaan, kebejatan dan perilaku menyimpang, dan akhlak mulia yang bersumber pada ketakwaannya. Selain ketakwaan, tak seorang manusiapun dapat memiliki.


Kamis, 15 September 2011

Kebijakan Ilahi di Balik Penyakit


Oleh : Khoirul hanafi 
Mengutip karya Harun yahya

Orang yang tinggal di dalam masyarakat yang bodoh terus-menerus membuat rencana masa depan dan berharap agar rencana-rencana itu berjalan sesuai keinginannya. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, penyakit yang tidak diharapkan datang atau kecelakaan fatal melemparkan hidupnya ke dalam kehancuran karena kejadian-kejadian tersebut tidak termasuk dalam rencana masa depannya. Saat menikmati kesehatan, banyak orang tidak pernah berpikir bahwa kejadian tersebut–walau sering terjadi pada ribuan orang lain setiap harinya-dapat terjadi pada mereka juga.
Itulah sebabnya, saat berhadapan dengan kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, orang yang bodoh dengan segera menjadi kurang bersyukur terhadap Pencipta mereka. Mereka menolak kenyataan takdir seraya mengatakan, “Mengapa ini terjadi pada diriku?” Orang yang jauh dari akhlaq Al-Qur`an cenderung enggan menyerahkan kepercayaan kepada Allah saat mereka sakit atau tertimpa kecelakaan, atau mencari kebaikan dalam peristiwa yang menimpa mereka.
Beberapa orang yang tidak mengerti realitas takdir menganggap bahwa penyebab pernyakit hanyalah virus atau mikroba. Demikian pula saat kecelakaan lalu lintas, mereka menganggap supirnyalah yang menyebabkan kecelakaan tersebut. Bagaimanapun, yang benar adalah sebaliknya. Setiap penyebab penyakit, seperti mikroba, bakteri, ataupun yang membahayakan manusia, semua itu sebenarnya adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah untuk tujuan-tujuan tertentu. Tak ada satu pun dari mereka yang dibuat secara serampangan. Mereka semua bertindak di bawah kendali Allah. Manusia mudah diserang mikroba karena Allah menginginkannya demikian. Jika seorang manusia menderita sakit keras karena virus, hal itu terjadi dengan sepengetahuan Allah. Jika sebuah mobil menabrak seseorang dan membuat orang tersebut cacat, kejadian ini juga merupakan peristiwa yang terjadi atas izin Allah. Tak peduli dengan cara apa pun dia menghindar, dia tidak akan pernah mengubah kejadian tersebut, bahkan bagian terkecilnya sekalipun. Ia tidak dapat memindahkan bagian kecil takdir mereka karena takdir diciptakan dalam kesatuan. Bagi seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Yang Mahakuasa dan mereka yang percaya kepada kebijaksanaan dan kasih-Nya yang tak terbatas, kecelakaan, penyakit, atau kesengsaraan, semuanya adalah cobaan sementara yang menuntun kepada kebahagiaan tertinggi.
Dalam situasi yang demikian, yang penting adalah kualitas moral yang baik yang melekat dalam diri seseorang. Penyakit dan kecelakaan adalah peristiwa yang bisa dijadikan kesempatan bagi orang-orang beriman untuk menunjukkan kesabaran dan akhlaq yang baik. Mereka mendekatkan diri kepada Allah. Di dalam Al-Qur`an, Allah berfirman tentang penyakit yang dihubungkan dengan pentingnya kesabaran melalui saat-saat demikian.

“... sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (al-Baqarah: 177)

Seperti yang telah disebutkan di awal, kenyataan bahwa di dalam ayat ini, penyakit juga termasuk dalam kesengsaraan karena pertimbangan-pertimbangan tertentu. Seseorang yang dihadapkan pada dilema fisik atau tertimpa kecelakaan, ia harus ingat bahwa semua itu adalah cobaan untuknya walaupun ia tidak dapat segera menemukan alasan mengapa dirinya tertimpa musibah itu. Ia harus ingat bahwa hanya Allahlah yang memberikan penyakit dan obatnya. Ini sangat penting untuk memelihara sikap moral yang tepat. Mungkin ia harus melalui kesulitan sementara sebagai seorang hamba yang memiliki kepasrahan penuh kepada Tuhannya. Di akhirat nanti, ia akan dibalas dengan kebahagiaan yang abadi.
Kita semua perlu mengingat bahwa bagaimanapun juga, penting bagi kita untuk mengingat hal ini, juga untuk memelihara moralitas tertinggi saat berhadapan dengan kejadian serupa. Hingga detik ini, kita perlu mengetahui bahwa semua penyakit diciptakan dengan maksud-maksud tertentu. Jika Allah menghendaki, seseorang bisa saja tidak akan pernah sakit atau menderita. Akan tetapi, jika seseorang diberi ujian, ia harus sadar bahwa semua itu memiliki maksud. Semua itu membantunya untuk memahami kesementaraan dunia ini dan kekuasaan Allah yang luar biasa.


Minggu, 11 September 2011

Bukti kebenaran Al-Qur'an

Sekarang kami bertemu dengan seseorang ahli yang unik. Dia berbeda dengan ahli yang lain, tetapi pada saat yang sama, dia anggota dari kelompok ahli. Namanya adalah Profesor Siaveda, salah satu anggota ahli geologi dari Jepang. Dia juga salah satu ilmuwan terkenal dunia. Pemikiran Profesor Siaveda dipenuhinya dengan beberapa distorsi dan kecurigaan tentang semua agama. Memang benar apa yang dia katakan yang berkenaan dengan semua agama, kecuali Islam, sebab Islam berbeda dengan semua agama yang ia bicarakan.
Ketika kami bertemu dengannya, dia berkata kepada kami: "Anda belajar agama yang semua ada di dunia seharusnya Anda menjaga dengan menutup mulut Anda selamanya." Kami menjawab: "Tetapi mengapa, Profesor, mengapa?" Dia menjawab: "Sebab, jika Anda berbicara, Anda menyebabkan perang yang berkobar antara keseluruhan manusia di dunia". Kami bertanya kepadanya: "Mengapa persekutuan NATO dan Pakta Warsawa mengumpulkan gudang senjata nuklir secara besar-besaran dan senjata nuklir di angkasa, laut, darat, dan bawah tanah. Mengapa hal ini? Apakah hal ini untuk alasan agama?" Dia terdiam. Kemudian kami berkata kepadanya: "Bagaimananapun kami tahu bahwa sikap Anda yang berhubungan dengan semua agama, namun karena Anda tidak tahu banyak tentang Islam, Anda mungkin mendengar apa yang kami katakan." Jadi, kami menanyakannya banyak pertanyaan tentang keahliannya dan juga memberikan informasi kepadanya tentang ayat-ayat al-Quran dari Hadis Nabi yang menyebutkan fenomena yang ia bicarakan.
Satu dari pertanyaan ini adalah tentang gunung yang benar-benar mengakar di bumi. Dia menjawab: "Perbedaan pokok antara gunung yang ada di benua dan gunung yang ada di samudera terletak pada bahannya. Gunung yang ada di benua pada dasarnya terbuat dari endapan, sedangkan gunung di samudera terbuat dari batu vulkanik. Gunung di benua terbentuk dari kekuatan tekanan , sedangkan gunung di samudera terbentuk dari kekuatan perpanjangan. Tetapi, di antara kedua gunung itu memiliki persamaan bahwa mereka mengakar untuk mendukung pegunungan. Dalam hal ini, gunung di benua, ringan rendahnya berat jenis bahan dari gunung secara luas turun ke bumi sebagai akar. Sedangkan gunung di samudera juga ada bahan ringan yang menyokong gunung sebagai akar, tetapi bahan-bahan gunung disamudera ini tidak ringan sebab komposisinya ringan, tetapi panas, oleh karena itu agak meluas Tetapi dari sudut pandang berat jenis, mereka mengerjakan hal yang sama dalam menyokong pegunungan. Oleh karena itu, fungsi akar adalah penyokong gunung sesuai dengan hukum Archimedes. "
Profesor Siaveda menggambarkan semua bentuk gunung, baikyang di darat maupun di laut, sebagaimana yang menjadi bentuk iris. Dapatkah seseorang pada masa Nabi Muhammad SAW mengetahui kondisi gunung ini? Dapatkah seseorang membayangkan bongkahan gunung yang dia lihat sebelumnya benar-benar memperluas ke dalam bumi dan memiliki akar sebagaimana yang dipercayai para ilmuwan. Banyak buku geografi yang membicarakan gunung, hanya menggambarkan bagian permukaan bumi. Hal inilah yang tidak ditu­lis oleh ahli geologi, akan tetapi ilmu pengetahuan modern memberikan informasi kepada kita tentang gunung dan Allah berfirman,

"Dan gunung gunung sebagai pasak" (QS an­Naba'. 7)

Kami bertanya kepada Profesor Siaveda: "Apakah gunung-gunung itu memiliki fungsi dalam membangun kerak bumi?" Dia mengatakan bahwa hal ini belum ditemukan dan dibangun oleh para ilmuwan. Dalam pandangan jawaban, kami menyelidiki dan menanyakan tentang hal ini dan kami mendapati beberapa ahli geologi memberikan jawaban yang sama, kecuali hanya sedikit. Di antara yang sedikit itu sebagai penulis buku yang berjudul "Bumi". Buku ini dijadikan sebagai dasar referensi di beberapa universitas di seluruh dunia. Salah satu penulis buku ini bernama Frank Press. Sekarang ini dia Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan di Amerika Serikat. Sebelum itu, dia penasihat ilmu pengetahuan bekas Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter.
Apa yang dikatakan dalam bukunya, ia menggambarkan gunung menyerupai bentuk iris di mana gunung itu bagian kecil dari semua yang memiliki akar dan mengakar kuat di dasar tanah. Prof Press menulis fungsi gunung dan menyatakan bahwa mereka memainkan peran penting dalam menstabilkan kerak bumi. Inilah kenyataan mengapa al-Quran menggambarkan gunung pada 14 abad yang lalu.
Allah berfirman:

"Dan gunung gunung dipancangkannya dengan teguh. " (QS an-Naazi'at : 32)

"Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu. " (QS an-Nahl : 15)

Namun, siapa yang telah memberi tahu Nabi Muhammad SAW tentang hal ini? Kami menanyakan kepada Profesor Siaveda pertanyaan berikut: “Apa pendapat Anda setelah melihat al-Quran dan Sunnah yang berkaitan dengan rahasia alam semesta yang baru saja ditemukan para ilmuwan akhir-akhir ini?" Dia menjawab:

"Saya pikir, hal ini terlihat sangat misterius bagi saya, hampir tidak dapat dipercaya. Saya sungguh berpikir apa yang Anda katakan itu benar. Buku itu sungguh luar biasa, saya setuju. "

Ya, apa yang dapat dikatakan para ilmuwan? Mereka tidak dapat menghubungkan pengetahuan yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan yang tertulis di dalam al-Quran untuk seluruh umat manusia atau ahli ilmiah pada masa lalu, sebab semua ilmuwan tidak menyadari akan rahasia semua ini. Terlebih lagi, semua manusia tidak dapat menjelaskan tetapi untuk menghubungkan pengetahuan itu untuk beberapa kekuatan bumi. Ya, inilah petunjuk dari Allah yang diturunkan kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad SAW yang buta huruf yang dibuat Allah sebagai tanda yang abadi untuk mengantarkan manusia sampai akhir zaman.

Melihat Kebaikan dalam Segala Peristiwa





Sebenarnya, melihat kebaikan dalam segala hal merupakan ungkapan yang biasa. Dalam kehidupan kita sehari-hari, orang sering mengatakan, “Pasti ada kebaikan (hikmah) di balik kejadian ini,” atau, “Ini merupakan berkah dari Allah.”
Biasanya, banyak orang mengucapkan ungkapan-ungkapan tersebut tanpa memahami arti sebenarnya atau semata-mata hanya mengikuti kebiasaan masyarakat yang tidak ada maknanya. Kebanyakan mereka gagal memahami arti yang sebenarnya dari ungkapan-ungkapan tersebut atau bagaimana pemahaman itu dipraktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada dasarnya, kebanyakan manusia tidak sadar bahwa ungkapan-ungkapan tersebut tidak sekadar untuk diucapkan, tetapi mengandung pengertian yang penting dalam kejadian sehari-hari.
Kenyataannya, kemampuan melihat kebaikan dalam setiap kejadian, apa pun kondisinya—baik yang menyenangkan maupun tidak—merupakan kualitas moral yang penting, yang timbul dari keyakinan yang tulus akan Allah, dan pendekatan tentang kehidupan yang disebabkan oleh keimanan. Pada akhirnya, pemahaman akan kebenaran ini menjadi sangat penting dalam menuntun seseorang tidak hanya untuk mencapai keberkahan hidup di dunia dan akhirat, tetapi juga juga untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang tak akan berakhir.
Tanda pemahaman yang benar akan arti iman adalah tidak adanya kekecewaan akan apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini. Sebaliknya, jika seseorang gagal melihat kebaikan dalam setiap peristiwa yang terjadi dan terperangkap dalam ketakutan, kekhawatiran, keputusasaan, kesedihan, dan sentimentalisme, ini menunjukkan kurangnya kemurnian iman. Kebingungan ini harus segera dienyahkan dan kesenangan yang berasal dari keyakinan yang teguh harus diterima sebagai bagian hidup yang penting. Orang yang beriman mengetahui bahwa peristiwa yang pada awalnya terlihat tidak menyenangkan, termasuk hal-hal yang disebabkan oleh tindakannya yang salah, pada akhirnya akan bermanfaat baginya. Jika ia menyebutnya sebagai “kemalangan”, “kesialan”, atau “seandainya”, ini hanyalah untuk menarik pelajaran dari sebuah pengalaman. Dengan kata lain, orang yang beriman mengetahui bahwa ada kebaikan dalam apa pun yang terjadi. Ia belajar dari kesalahannya dan mencari cara untuk memperbaikinya. Bagaimanapun juga, jika ia jatuh dalam kesalahan yang sama, ia ingat bahwa semuanya memiliki maksud tertentu dan mudah saja memutuskan untuk lebih berhati-hati dalam kesempatan mendatang. Bahkan jika hal yang sama terjadi puluhan kali lagi, seorang muslim harus ingat bahwa pada akhirnya peristiwa tersebut adalah untuk kebaikan dan menjadi hak Allah yang kekal. Kebenaran ini juga dinyatakan secara panjang lebar oleh Nabi saw.,
“Aku mengagumi seorang mukmin karena selalu ada kebaikan dalam setiap urusannya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur (kepada Allah) sehingga di dalamnya ada kebaikan. Jika ditimpa musibah, ia berserah diri (dan menjalankannya dengan sabar) bahwa di dalamnya ada kebaikan pula.” (HR Muslim)
Hanya dalam kesadaran bahwa Allah menciptakan segalanya untuk tujuan yang baik sajalah hati seseorang akan menemukan kedamaian. Adalah sebuah keberkahan yang besar bagi orang-orang beriman bila ia memiliki pemahaman akan kenyataan ini. Seseorang yang jauh dari Islam akan menderita dalam kesengsaraan yang berkelanjutan. Ia terus-menerus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran. Di sisi lain, orang beriman menyadari dan menghargai kenyataan bahwa ada tujuan-tujuan Ilahiah di balik ciptaan dan kehendak Allah.
Karena itu, adalah memalukan bagi orang beriman bila ia ragu-ragu dan ketakutan terus-menerus karena selalu mengharapkan kebaikan dan kejahatan. Ketidaktahuan terhadap kebenaran yang jelas dan sederhana, kekurangtelitian, dan kemalasan hanya akan mengakibatkan kesengsaraan di dunia dan di akhirat. Kita harus ingat bahwa takdir yang ditentukan Allah adalah benar-benar sempurna. Jika seseorang menyadari adanya kebaikan dalam setiap hal, dia hanya akan menemukan karunia dan maksud Ilahiah yang tersembunyi di dalam semua kejadian rumit yang saling berhubungan. Walau ia mungkin memiliki banyak hal yang mesti diperhatikannya setiap hari, seseorang yang memiliki iman yang kuat—yang dituntun oleh kearifan dan hati nurani—tidak akan membiarkan dirinya dihasut oleh tipu muslihat setan. Tak peduli bagaimanapun, kapan pun, atau di mana pun peristiwa itu terjadi, ia tidak akan pernah lupa bahwa pasti ada kebaikan di baliknya. Walaupun ia mungkin tidak segera menemukan kebaikan tersebut, apa yang benar-benar penting baginya adalah agar ia menyadari adanya tujuan akhir dari Allah.
Berkaitan dengan sifat terburu-buru manusia, mereka kadang-kadang tidak cukup sabar untuk melihat kebaikan yang ada di dalam peristiwa yang menimpa mereka. Sebaliknya, mereka menjadi lebih agresif dan nekat dalam mengejar sesuatu walaupun hal tersebut sangat bertentangan dengan kepentingan yang lebih baik. Di dalam Al-Qur`an, hal ini disebutkan,

“Dan manusia mendo’a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (al-Israa`: 11)

Meski demikian, seorang hamba harus berusaha melihat kebaikan dan maksud Ilahiah dalam setiap kejadian yang disodorkan Allah di depan mereka, bukannya memaksa untuk diperbudak oleh apa yang menurutnya menyenangkan dan tidak sabar untuk mendapatkan hal itu.
Walau seseorang berusaha untuk mendapatkan status finansial yang lebih baik, perubahan itu mungkin tidak pernah terwujud. Tidaklah benar jika seseorang menganggap suatu kondisi itu merugikan. Tentu saja seseorang boleh berdo’a kepada Allah untuk mendapatkan kekayaan jika kekayaan itu digunakan di jalan Allah. Bagaimanapun juga, ia harus mengetahui bahwa jika keinginannya itu tidak dikabulkan Allah, itu disebabkan alasan tertentu. Mungkin saja bertambahnya kekayaan sebelum matangnya kualitas spiritual seseorang dapat mengubahnya menjadi orang yang gampang diperdaya oleh setan. Banyak alasan Ilahiah lainnya—di antaranya tidak langsung disadari atau hanya akan terlihat di akhirat—dapat mendasari terjadinya sebuah peristiwa. Seorang usahawan, misalnya, bisa saja tertinggal sebuah pertemuan yang akan menjadi pijakan penting dalam kariernya. Akan tetapi, jika saja pergi ke pertemuan itu, ia bisa tertimpa kecelakaan lalu lintas, atau jika pertemuannya diadakan di kota lain, pesawat yang ditumpanginya bisa saja jatuh.
Tak ada seorang pun yang kebal terhadap segala peristiwa. Biasakanlah untuk melihat bahwa pada akhirnya ada suatu kebaikan dalam sebuah peristiwa yang pada awalnya terlihat merugikan. Meski demikian, seseorang perlu ingat bahwa ia tidak akan selalu dapat mengetahui maksud sebuah peristiwa adalah sesuatu yang merugikan. Ini karena, sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya, kita tidak selalu beruntung dapat melihat sisi positif yang muncul. Mungkin juga Allah hanya akan menunjukkan maksud keilahian-Nya di akhirat nanti. Karena alasan itulah, yang harus dilakukan oleh orang yang ingin menyerahkannya pada takdir Allah dan memberikan kepercayaannya kepada Allah adalah menerima setiap kejadian itu—apa pun namanya—dengan keinginan untuk mencari tahu bahwa pastilah ada kebaikan di dalamnya dan kemudian menerimanya dengan senang hati.
Harus disebutkan juga bahwa melihat kebaikan dalam segala hal bukan berarti mengabaikan kenyataan dari peristiwa-peristiwa tersebut dan berpura-pura bahwa hal itu tidak pernah terjadi, atau mungkin menjadi sangat idealis. Sebaliknya, orang beriman bertanggung jawab untuk mengambil tidakan yang tepat dan mencoba semua cara yang dianggap perlu untuk memecahkan masalah. Kepasrahan orang yang beriman tidak boleh dicampuradukkan dengan cara orang lain, yang karena pemahaman yang tidak sempurna tentang hal ini, mereka tetap saja tidak acuh terhadap apa pun yang terjadi di sekitar mereka dan optimis tetapi tidak realistis. Mereka tidak bisa membuat keputusan yang rasional ataupun menjalankan keputusan tersebut. Ini dikarenakan yang ada pada mereka adalah optimistis yang melenakan dan kekanak-kanakan, bukan mencari pemecahan masalah. Sebagai contoh, ketika seseorang didiagnosis menderita penyakit yang serius, keadaannya saat itu mungkin paling parah sampai pada titik fatal yang diabaikannya selama masa pengobatan. Contoh lainnya, jika seseorang tidak menyadari pentingnya mengamankan harta bendanya, walau ia pernah mengalami pencurian, besar kemungkinan akan menjadi korban lagi dari kejadian serupa itu.
Pastilah cara-cara tersebut jauh dari sikap menaruh kepercayaan kepada Allah dan dari “melihat kebaikan dalam segala hal”. Pada hakikatnya, sikap tersebut berarti ceroboh. Kebalikannya, orang yang beriman harus berusaha mengendalikan situasi sepenuhnya. Pada dasarnya, sikap yang menuntun diri mereka ini adalah suatu bentuk “penghambaan”, karena ketika mereka terlibat dalam situasi tersebut, pikiran mereka dikuasai oleh ingatan akan kenyataan bahwa Allahlah yang membuat peristiwa itu terjadi.
Di dalam Al-Qur`an, Allah menghubungkan kisah para nabi dan orang beriman sebagai contoh bagi mereka yang sadar akan hal ini. Inilah yang harus diteladani oleh seorang mukmin. Sebagai contoh, sikap yang merupakan respons Nabi Huud terhadap kaumnya menunjukkan penyerahan total dan rasa percayanya yang kokoh kepada Allah, walaupun ia mendapatkan perlakuan yang buruk.

“Kaum ‘Aad berkata, ‘Wahai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan memercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.’ Huud menjawab, ‘Sesungguhnya, aku menjadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya, aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya, Tuhanku di atas jalan yang lurus.’ Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya, Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.” (Huud: 53-57)


PEMBAWA SENGSARA DI ABAD KE-20

Oleh :Khoirul hanafi
Mengutip dari katya harun yahya


Abad ke-20 yang baru saja kita tinggalkan adalah abad peperangan dan pertikaian yang membawa bencana, penderitaan, pembantaian, kemiskinan, dan kerusakan dahsyat. Jutaan orang terbunuh, terbantai, mati kelaparan, terlantar tanpa rumah, tempat bernaung, perlindungan ataupun uluran tangan. Dan semua ini terjadi tanpa tujuan apapun selain demi membela ideologi-ideologi menyimpang. Jutaan orang diperlakuan secara tidak manusiawi yang bahkan binatangpun tidak pantas mendapatkannya. Hampir di setiap waktu dan tempat muncul para penguasa kejam dan diktator yang bertanggung jawab atas segala penderitaan dan bencana ini. Mereka adalah Stalin, Lenin, Trotsky, Mao, Pol Pot, Hitler, Mussolini, Franco.... Sebagian orang-orang ini berideologi sama, sedangkan sebagian lain adalah musuh bebuyutan bagi yang lain. Hanya karena alasan sederhana seperti pertentangan ideologis, mereka menyeret masyarakat ke jurang pertikaian, menjadikan sesama saudara saling bermusuhan, memicu peperangan di antara mereka, melempar bom, membakar dan merusak mobil, rumah, dan pertokoan, serta menggerakkan demonstrasi yang penuh kekerasan. Mereka mempersenjatai orang-orang yang kemudian menggunakannya tanpa belas kasihan untuk memukul pemuda, orang tua, pria, wanita, dan anak-anak hingga mati, atau memaksa orang berdiri menghadap tembok dan menembaknya... Mereka begitu bengis hingga tega mengarahkan senjata ke kepala orang lain dan, dengan menatap matanya, membunuhnya, lalu menginjak kepalanya dengan kaki mereka, hanya karena orang tersebut mendukung paham lain. Mereka mengusir orang-orang dari rumahnya, tidak peduli apakah mereka wanita, anak-anak atau orang tua...
Inilah gambaran singkat tentang bencana di abad ke-20 yang baru saja kita lewati: orang-orang yang mendukung berbagai ideologi yang saling bertentangan, dan yang menenggelamkan umat manusia dalam penderitaan dan genangan darah, dengan mengatasnamakan berbagai ideologi ini.
Fasisme dan Komunisme berada di barisan terdepan dari beragam ideologi yang telah menyebabkan umat manusia menderita di masa suram tersebut. Keduanya seolah terlihat saling bermusuhan, sebagai paham yang berusaha untuk saling menghancurkan. Namun, terdapat fakta yang sungguh menarik di sini: ideologi-ideologi ini tumbuh dan dibesarkan oleh satu sumber ideologis yang sama, serta mendapatkan pengukuhan dan pembenaran dari sumber tersebut. Dan berkat sumberinilah ideologi-ideologi ini mampu menarik masyarakat untuk berpihak kepada mereka. Pada pandangan pertama, sumber ini tidak pernah menarik perhatian siapapun, senantiasa berada di balik layar hingga sekarang, dan selalu menampakkan diri di hadapan umum dengan wajah tak berdosa mereka. Sumber ini adalah filsafat materialisme, dan DARWINISME, yakni bentuk penerapan filsafat materialisme di alam kehidupan.
Darwinisme muncul di abad ke-19 sebagai penghidupan kembali sebuah mitos yang berasal dari bangsa Sumeria dan Yunani Kuno oleh seorang biologiwan amatir Charles Darwin. Sejak saat tersebut, Darwinisme telah menjadi sumber inspirasi utama di balik semua ideologi yang menghancurkan umat manusia. Dengan berkedok ilmiah, Darwinisme memberi jalan bagi ideologi-ideologi tersebut beserta para pendukungnya untuk melakukan tindakan politis demi mendapatkan sebuah pembenaran palsu.
Dengan pembenaran palsu ini, tak lama kemudian teori evolusi meninggalkan bidang ilmu biologi serta palaeontologi, dan mulai merambah ke hubungan antar manusia hingga ke masalah sejarah, serta mempengaruhi bidang-bidang lain, dari politik hingga ke kehidupan sosial. Karena Darwinisme berisi gagasan tertentu yang mendukung sejumlah aliran pemikiran yang mulai mengarah ke pergerakan dan menunjukkan keberadaannya di abad ke-19, Darwinisme mendapatkan dukungan luas dari kalangan ini. Terutama sekali, orang mulai mencoba menerapkan gagasan bahwa terdapat “perjuangan untuk mempertahankan hidup” di antara mahluk hidup di alam, dan, akibatnya, gagasan bahwa “yang kuat bertahan hidup, sedangkan yang lainnya kalah dan musnah” mulai diterapkan pada pemikiran dan perilaku manusia. Ketika pernyataan Darwinisme tentang “alam adalah arena perjuangan dan pertikaian” mulai diterapkan pada manusia dan masyarakat, maka gagasan Hitler untuk membangun ras manusia pilihan, pernyataan Marx tentang “sejarah umat manusia adalah sejarah perjuangan antarkelas masyarakat”, keyakinan kapitalisme bahwa “ yang kuat tumbuh lebih kuat dengan mengorbankan yang lemah,” penjajahan negara dunia ketiga oleh bangsa-bangsa penjajah seperti Inggris, penderitaan bangsa terjajah akibat perlakuan tak manusiawi dari penjajah, perlakuan rasis dan diskriminasi terhadap orang-orang kulit berwarna, kesemuanya ini mendapatkan semacam pembenaran.
Meskipun seorang evolusionis, Robert Wright, pengarang buku The Moral Animal (Moral Binatang), merangkum berbagai bencana kemanusiaan yang ditimbulkan teori evolusi sebagaimana berikut :
Bagaimanapun juga, teori evolusi memiliki sejarah panjang yang sebagian besarnya kelam pada penerapannya dalam masalah kemanusiaan. Setelah bercampur dengan filsafat politik di sekitar peralihan abad ini untuk membentuk ideologi tidak jelas yang dikenal dengan “Darwinisme sosial”, ideologi ini digunakan oleh kaum rasis, fasis dan kapitalis yang tidak memiliki hati nurani.1
Seperti yang akan diuraikan dalam buku ini beserta bukti-bukti yang ada di dalamnya, Darwinisme bukanlah sekedar teori yang berusaha menjelaskan asal mula kehidupan dan hanya terpaku pada bidang ilmu pengetahuan. Darwinisme adalah sebuah dogma yang masih dengan gigih dan keras kepala dipertahankan oleh para pendukung ideologi tertentu, meskipun telah dibuktikan sama sekali keliru dari sudut pandang ilmiah. Di masa kini, banyak ilmuwan, politikus, dan para pemikir, yang menyadari sisi gelap Darwinisme ataupun tidak, mendukung dogma ini.
Jika setiap orang mengetahui ketidakabsahan ilmiah teori ini, yang telah mengilhami para diktator kejam dan mentalitas serta cara berpikir yang bengis, tidak manusiawi dan mementingkan diri sendiri, maka ini akan mengakhiri riwayat ideologi-ideologi berbahaya tersebut. Mereka yang melakukan dan merencanakan kejahatan tidak akan mampu membenarkan tindakan mereka sendiri dengan mengatakan, “Ini adalah hukum alam.” Mereka tidak akan lagi memiliki apa yang disebut dengan pembenaran ilmiah bagi cara pandang mereka yang mementingkan diri sendiri dan tidak mengenal belas kasih.
Ketika pemikiran Darwinisme yang menjadi akar berbagai ideologi berbahaya pada akhirnya dirobohkan, maka hanya ada satu kebenaran yang tersisa. Yakni kebenaran bahwa semua manusia dan alam semesta diciptakan oleh Allah (Tuhan). Mereka yang memahami hal ini juga akan menyadari bahwa satu-satunya kenyataan dan kebenaran yang ada terdapat dalam kitab suci yang Allah turunkan untuk kita. Ketika sebagian besar manusia menyadari kebenaran ini, penderitaan, kesulitan, pembantaian, bencana, ketidakadilan, dan kemiskinan di dunia akan tergantikan oleh pencerahan, keterbukaan, kemakmuran, ketercukupan, kesehatan, dan keberlimpahan. Karenanya, setiap pemikiran menyimpang yang berbahaya bagi kemanusiaan harus terkalahkan dan tersingkirkan oleh ajaran mulia yang membawa keindahan dan kedamaian dalam kehidupan manusia. Membalas batu dengan batu, pukulan dengan pukulan, dan serangan dengan serangan yang lain bukanlah sebuah pemecahan masalah. Pemecahan masalah yang sesungguhnya adalah menghancurkan pola pikir mereka yang melakukan segala tindakan ini, dan dengan sabar dan santun menjelaskan kepada mereka satu-satunya kebenaran untuk menggantikan kesalahan cara berpikir yang mereka anut.
Tujuan penulisan buku ini adalah menunjukkan kepada mereka yang mempertahankan Darwinisme tanpa memahami sisi gelapnya, sadar ataupun tidak, apa yang sebenarnya mereka dukung, dan untuk menjelaskan apa yang akan menjadi tanggung jawab mereka jika tetap berpaling dari kebenaran ini. Tujuan lainnya adalah untuk menyadarkan dan memberi peringatan kepada mereka yang tidak mempercayai Darwinisme, akan tetapi pada saat yang sama tidak juga melihatnya sebagai ancaman bagi kemanusiaan.


Jumat, 09 September 2011

AL- Qur'an

AL-QURAN DAN RAHASIA ANGKA-ANGKA
(I'JAZ 'ADADI)
 
Shalat Lima Waktu
  
Dalam Al-Quran, kata Shalawat disebut lima kali, sama dengan jumlah shalat wajib sehari semalam: shubuh, zuhur, asar, maghrib dan isya, yaitu di dalam ayat-ayat berikut:
  1. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna (shalawat) dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah: 157).
  2. Peliharalah shalat-(mu), dan (peliharalah) shalat wurtha ....(Al-Baqarah: 298).
  3. .... Dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan shalawat Rasul .... (At-Taubah: 99)
  4. .... Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat Yahudi dan shalat dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah .... (Al-Haj: 40}.
  5. Dan orang-orang yang senantiasa menjaga shalawat (shalat­-shalat) mereka. (Al-Mukminun: 9).
 
 
BAB 2AL-QURAN DAN RAHASIA ANGKA-ANGKA
(I'JAZ 'ADADI)
 
Shalat fardhu dan Sunat: 

Kata shalat berikut turunan katanya, disertai dengan kata qiyam berikut turunan katanya, dalam Al-Quran disebut 51 kali. Jumlah ini sebanding dengan jumlah rakaat shalat, yaitu 17 rakaat shalat wajib yang lima, ditambah dengan 34 rakaat shalat sunat - jika shalat sunat fajar (shubuh) dipandang dua rakaat, delapan sunat rakaat shalat zhuhur, delapan rakaat shalat ashar, empat rakaat shalat maghrib, dan sunat isya dipandang satu rakaat dari dua rakaat dengan satu duduk, ditambah dengan 11 rakaat sunat malam, sehingga jumlahnya lengkap 34 rakaat. Dengan demikian, maka jumlah keseluruhan shalat tersebut dengan ditambah 17 rakaat shalat wajib menjadi 51 rakaat. Kata-kata tersebut terdapat dalam ayat-ayat berikut:
  1. Dan janganlah kamu shalat terhadap teseorang dari mereka yang mati, selamanya, dan janganlah kamu berdiri di kuburnya .... (At-Taubah; 84).
  2. Kemudian Malaikai (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri shalat di mihrab .... (Ali Imran: 39).
  3. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat .... (AI-Baqarah: 3)
  4. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’-lah bersama dengan orang-orang yang ruku'. (AI-Baqarah: 43).
  5. .... Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat . .. (Al-Baqarah: 83).
  6. 6.  Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat .... (AI-Baqarah: 110).
  7. .... Dan kepada orang yang meminta-minta; dan memerdeka­kan hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat .... (Al-Baqarah: 177).
  8. .... Mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya ... (Al-Baqarah: 277).
  9. Tidakkah kamu perhatikan kepada orang-orang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah langanmu dari berperang, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat!" (An-Nisa: 77).
  10. Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabat­mu) lalu hendaklah mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu .....(An-Nisa: 102).
  11. Maka apabila kamu telah menyelasikan shalat -(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring .... (An-Nisa: 103).
  12. .... Kemudian jika kamu telah aman maka dirikanlah shalat, .... (An-Nisa: 103).
  13. .... Dan jika mereka berdiri untuk ber-shalat, mereka berdiri dengan malas .... (An-Nisa: 142).
  14. .... Mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kamu, (yaitu Al-Quran) dan apa yang telah diturunkan sebelummu, dan orang-orang yang mendirikan shalat .... (An-Nisa: 162).
  15. Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu .... (AI-Maidah: 6).
  16. .... Sesungguhnya jika mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku . .. (Al-Maidah:12).
  17. .... Mereka yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (AI-Maidah: 55).
  18. Dan agar mendirikan shalat serta bertaqwa kepada-Nya. Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya-lah kamu akan dihidupkan. (Al-An'am: 72).
  19. Dan omng-orang berpegang teguh kepada kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala ) karena sesungguhnya kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan. (Al-A'raf: 170).
  20. Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkah sebahagian dasi rizki yang Kami berikan kepada mereka. (Al-Anfal: 3).
  21. .... Kemudian jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berikanlah kebebasan kepada mereka untuk berjalan .... (At-Taubah: 5).
  22. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudaramu se­agama . . . (At-Taubah: 11).
  23. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah itu ialah orang-orang, yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain Allah . . . (At-Taubah: 18).
  24. .... Dan mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya .... (Al-Taubah: 71).
  25. .... Dan jadikanlah rumahmu olehmu itu sebagai tempat shalat, dan dirikanlah olehmu shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman. (Yunus: 87).
  26. Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebahagian permulaan malam .... (Hud: 114).
  27. Dan orang-orang yang sahar mengharap keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepadanya .... (Al-Ra'd: 22).
  28. Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat" ... (Ibrahim: 31).
  29. .... Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka .... (Ibrahim: 37).
  30. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat .... (Ibrahim: 40).
  31. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam .... (AI-Isra: 78).
  32. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahkanlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaha: 14).
  33. .... Dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat .... (Al-Anbiya: 73).
  34. .... Orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan shalat .... (Al-Haj: 35).
  35. Yaitu orang-orang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat .... (Al-Haj: 41).
  36. .... Maka dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ber­peganglah kamu kepada tali Allah. Dia adalah pelandungmu. (At-Taubah: 78).
  37. Laki-laki yang tidak delalaikan dengan perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan shalat .... (Al-Nur: 37).
  38. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul .... (AI-Nur: 56).
  39. Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat .... (Al-Naml: 3).
  40. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-­Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat .... (Al-Ankabut: 45).
  41. Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertawakkal kepada-Nya serta mendirikan shalat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah. (AI-Rum: 31).
  42. Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat ....(Luqman: 4).
  43. Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
    yang mungkar .... (Luqman: 18).
  44. .... Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan rasul-Nya .... ('Al-Ahzab: 33).
  45. .... Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanyalah orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan shalat .... ( Fathir: 18).
  46. Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitabullah dan mendirikan shalat .... (Fathir: 18).
  47. Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat .... (Al-Syura: 38).
  48. .... Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberikan taubat kepadamu maka dirikanlah shalat .... (AI-Mujadilah: 13).
  49. 49. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik .... (Al-Muzammil: 20).
  50. .... Dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (men­jalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat .... (Al-Bayyinah: 5).
  51. .... Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat .... (Al-Baqarah: 125).
Semua itu merupakan karunia Allah yang membuktikan secara jelas kebenaran mazhab fiqih yang memandang bahwa bilangan shalat sunnat sehari semalam 34 rakaat.