Oleh : Khoirul Hanafi
A. ARTI TASAWUF
1. Safa
dalam arti suci dan sufi adalah orang yang disucikan. Dan memang, kaum sufi
banyak berusaha menyucikan diri mereka melalui banyak melaksanakan ibadat,
terutama salat dan puasa.
2. Saf
(baris). Yang dimaksud saf di sini ialah baris pertama dalam salat di mesjid.
Saf pertama ditempati oleh orang-orang yang cepat datang ke mesjid dan banyak
membaca ayat-ayat al-Qur'an dan berdzikir sebelum waktu salat datang.
Orang-orang seperti ini adalah yang berusaha membersihkan diri dan dekat dengan
Tuhan.
3. Ahl
al-Suffah, yaitu para sahabat yang hijrah bersama Nabi ke Madinah dengan
meninggalkan harta kekayaannya di Mekkah. Di Madinah mereka hidup sebagai orang
miskin, tinggal di Mesjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan memakai
suffah, (pelana) sebagai bantal. Ahl al-Suffah, sungguhpun tak mempunyai
apa-apa, berhati baik serta mulia dan tidak mementingkan dunia. Inilah pula
sifat-sifat kaum sufi.
4. Sophos
(bahasa Yunani yang masuk kedalam filsafat Islam) yang berarti hikmat, dan kaum
sufi pula yang tahu hikmat. Pendapat ini memang banyak yang menolak, karena
kata sophos telah masuk kedalam kata falsafat dalam bahasa Arab, dan ditulis
dengan sin dan bukan dengan shad seperti yang terdapat dalam kata tasawuf.
5. Suf
(kain wol). Dalam sejarah tasawuf, kalau seseorang ingin memasuki jalan
tasawuf, ia meninggalkan pakaian mewah yang biasa dipakainya dan diganti dengan
kain wol kasar yang ditenun secara sederhana dari bulu domba. Pakaian ini
melambangkan kesederhanaan serta kemiskinan dan kejauhan dari dunia.
Dari segi Linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara cian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
Dari segi Linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara cian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
Pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para
ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang diguna-kannya masing-masing.
Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan
tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai
makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang1 ber-Tuhan. Jika
dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, maka tasawuf
dapat didefinisikan seba¬gai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
B. SUMBER TASAWUF
Tasawuf timbul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai
kontak dengan agama Kristen, filsafat Yunani dan agama Hindu dan Buddha,
muncullah anggapan bahwa aliran tasawuf lahir dalam Islam atas pengaruh dari
luar.
1. Unsur Islam
Ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah
atau jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang
bersifat batiniah itulah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini
mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, al-Qur'an dan
al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al-Qur'an antara
lain berbicara tentang kemungkinan manu¬sia dengan Tuhan dapat saling mencintai
(mahabbah) (QS. al-Maidah, 5: 54); perintah agar manusia senantiasa bertaubah,
membersihkan diri memohon ampunan kepada Allah (QS. Tahrim, 8), petunjuk bahwa
manusia akan senan¬tiasa bertemu dengan Tuhan di manapun mereka berada. (QS.
al-Baqarah, 2:110), Tuhan dapat memberikan cahaya ke¬pada orang yang
dikehendakinya (QS. al-Nur, 35). Selan¬jutnya al-Qur'an mengingatkan manusia
agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan dunia dan harta benda (QS.
al-Hadid, al-Fathir, 5), dan senantiasa bersikap sabar da¬lam menjalani
pendekatan diri kepada Allah SWT. (QS. Ali Imran, 3).
2. Unsur Luar Islam
Dalam berbagai literatur yang ditulis para orientalis
Barat sering dijumpai uraian yang menjelaskan bahwa tasawuf Islam dipengaruhi
oleh adanya unsur agama masehi, unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur Persia.
Hal ini secara akademik bisa saja diterima, namun secara akidah perlu
kehati-hatian. Para orientalis Barat
menyimpulkan bahwa adanya unsur luar Islam masuk ke dalam tasawuf itu
disebabkan karena secara historis agama-agama tersebut telah ada sebelum Islam,
bahkan banyak dikenal oleh masyarakat Arab yang kemudian masuk Islam. Akan
tetapi kita dapat mengatakan bahwa boleh saja orang Arab terpengaruh oleh
agama-agama tersebut, namun tidak secara otomatis mempengaruhi kehidupan
tasawuf, karena para penyusun ilmu tasawuf atau orang yang kelak menjadi sufi
itu bukan berasal dari mereka itu. Dengan demikian adanya unsur luar Islam yang
mempengaruhi tasawuf Islam itu merupakan masalah akademik bukan masalah akidah
Islamiah. Karenanya boleh diterima dengan sikap yang sangat kritis dan
obyektif. Kita mengakui bahwa Islam sebagai agama universal yang dapat
bersentuhan dengan berbagai lingkungan sosial. Dengan sangat selektif Islam
bisa beresonansi dengan berbagai unsur ajaran sufistik yang terdapat dalam
berbagai ajaran tersebut. Dalam hubungan ini maka Islam termasuk ajaran
tasawufnya dapat ber¬sentuhan atau memiliki kemiripan dengan ajaran tasawuf yang
berasal dari luar Islam itu.
a. Masehi
Orang Arab sangat menyukai cara kependetaan, khususnya
dalam hal latihan jiwa dan ibadah. Atas dasar ini tidak mengherankan jika Von
Kromyer berpendapat bahwa tasawuf adalah buah dari unsur agama Nasrani yang
terdapat pada zaman Jahiliyah. Hal ini diperkuat pula oleh Gold Ziher yang
mengatakan bahwa sikap fakir dalam Islam adalah merupakan cabang dari agama
Nasrani. Selanjutnya Noldicker mengatakan bahwa pakaian wol kasar yang kelak
digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup adalah merupakan
pakaian yang biasa dipakai oleh para pendeta. Sedangkan Nicholson mengatakan
bahwa istilah-istilah tasawuf itu berasal dari agama Nasrani, dan bahkan ada
yang berpendapat bahwa aliran tasawuf berasal dari agama Nasrani.
Ada yang mengatakan bahwa pengaruhnya datang dari rahib-rahib Kristen yang mengasingkan diri untuk beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun pasir Arabia. Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang. Di siang hari, kemah mereka menjadi tempat berteduh bagi orang yang kepanasan; dan di malam hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga mengasingkan diri dari dunia ramai, walaupun untuk sementara, berhati baik, pemurah dan suka menolong.
Ada yang mengatakan bahwa pengaruhnya datang dari rahib-rahib Kristen yang mengasingkan diri untuk beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun pasir Arabia. Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang. Di siang hari, kemah mereka menjadi tempat berteduh bagi orang yang kepanasan; dan di malam hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga mengasingkan diri dari dunia ramai, walaupun untuk sementara, berhati baik, pemurah dan suka menolong.
b. Yunani
Kebudayaan Yunani yaitu filsafatnya telah masuk pada
dunia di mana perkembangannya dimulai pada akhir Daulah Umayyah dan puncaknya
pada Daulah Abbasiyah, metode berpikir filsafat Yunani ini juga telah ikut
mempengaruhi pola berpikir sebagian orang Islam yang ingin berhubungan dengan
Tuhan. Kalau pada bagian uraian dimulai perkembangan tasawuf ini baru dalam
taraf amaliah (akhlak) dalam pengaruh filsafat Yunani ini maka uraian-uraian
tentang tasawuf itu pun telah berubah menjadi tasawuf filsafat. Hal ini dapat
dilihat dari pikiran al-Farabi', al-Kindi, Ibn Sina terutama dalam uraian
mereka tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada uraian-uraian tasawuf dari Abu
Yazid, al-Hallaj, Ibn Arabi, Suhrawardi dan lain-lain sebagainya.
Pengaruh filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Dalam filsafatnya, roh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang pada mulanya suci itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak dapat kembali ke tempatnya semula yang suci. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada fllsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan beberapa pantangan. Filsafat sufi juga demikian. Roh yang masuk ke dalam janin di kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tapi kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat dalam tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Maha Suci, roh yang telah kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadat yang banyak.
Pengaruh filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Dalam filsafatnya, roh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang pada mulanya suci itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak dapat kembali ke tempatnya semula yang suci. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada fllsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan beberapa pantangan. Filsafat sufi juga demikian. Roh yang masuk ke dalam janin di kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tapi kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat dalam tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Maha Suci, roh yang telah kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadat yang banyak.
Pengaruh itu dikaitkan dengan filsafat emanasi Plotinus.
Roh memancar dari diri Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan
Pythagoras, dia berpendapat bahwa roh yang masuk ke dalam tubuh manusia juga
kotor, dan tak dapat kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap
tinggal di bumi berusaha membersihkan diri melalui reinkarnasi. Kalau sudah
bersih, ia dapat mendekatkan diri dengan Tuhan sampai ke tingkat bersatu dengan
Dia di bumi ini.
c. Hindu Buddha
Antara tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu dapat
dilihat adanya hubungan seperti sikap fakir, darwisy. Al-Birawi mencatat bahwa
ada persamaan antara cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu. Kemudian
pula paham reinkamasil (perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain),
cara kelepasan dari dunia versi Hindu/Budha dengan persatuan diri dengan jalan
mengingat Allah.
Salah satu maqomat Sufiah al-Fana tampaknya ada persamaan dengan ajaran tentang Nirwana dalam agama Hindu. Goffiq Ziher mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara koh Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham tokoh sufi
Dari agama Buddha, pengaruhnya dikatakan dari konsep Nirwana. Nirwana dapat dicapai dengan meninggalkan dunia, memasuki hidup kontemplasi dan menghancurkan diri. Ajaran menghancurkan diri untuk bersatu dengan Tuhan juga terdapat dalam Islam. Sedangkan pengaruh dari agama Hindu dikatakan datang dari ajaran bersatunya Atman dengan Brahman melalui kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam tasawuf terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia dengan roh Tuhan.
Kita perlu mencatat, agama Hindu dan Buddha, filsafat Yunani dan agama Kristen datang lama sebelum Islam. Bahwa yang kemudian datang dipengaruhi oleh yang datang terdahulu adalah suatu kemungkinan. Tapi pendapat serupa ini memerlukan bukti-bukti historis. Dalam kaitan ini timbul pertanyaan: sekiranya ajaran-ajaran tersebut diatas tidak ada, tidakkah mungkin tasawuf timbul dari dalam diri Islam sendiri?
Salah satu maqomat Sufiah al-Fana tampaknya ada persamaan dengan ajaran tentang Nirwana dalam agama Hindu. Goffiq Ziher mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara koh Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham tokoh sufi
Dari agama Buddha, pengaruhnya dikatakan dari konsep Nirwana. Nirwana dapat dicapai dengan meninggalkan dunia, memasuki hidup kontemplasi dan menghancurkan diri. Ajaran menghancurkan diri untuk bersatu dengan Tuhan juga terdapat dalam Islam. Sedangkan pengaruh dari agama Hindu dikatakan datang dari ajaran bersatunya Atman dengan Brahman melalui kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam tasawuf terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia dengan roh Tuhan.
Kita perlu mencatat, agama Hindu dan Buddha, filsafat Yunani dan agama Kristen datang lama sebelum Islam. Bahwa yang kemudian datang dipengaruhi oleh yang datang terdahulu adalah suatu kemungkinan. Tapi pendapat serupa ini memerlukan bukti-bukti historis. Dalam kaitan ini timbul pertanyaan: sekiranya ajaran-ajaran tersebut diatas tidak ada, tidakkah mungkin tasawuf timbul dari dalam diri Islam sendiri?
d. Persia
Sebenarnya antara Arab dan Persia itu sudah ada hubung¬an
semenjak lama yaitu hubungan dalam bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan
dan sastra. Akan tetapi belum ditemukan dalil yang kuat yang menyatakan bahwa
kehidupan rohanj Persia
telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke
Persia
itu terjadi melalui ahli-ahli tasawuf di dunia ini. Namun barangkali ada
persamaan antara istilah zuhd di Arab dengan zuhd menurut agama Manu Mazdaq dan
hakikat Muhammad menyerupai paham (Tuhan kebaikan) dalam agama Zarathustra.
C. MANFAAT TASAWUF
1. Untuk
melihat Tuhan dan berada di dekat-Nya; Kaum sufi mengartikan do'a disini bukan
berdo'a, tetapi berseru, agar Tuhan mengabulkan seruannya untuk melihat Tuhan
dan berada dekat kepada-Nya. Dengan kata lain, ia berseru agar Tuhan membuka
hijab dan menampakkan diri-Nya kepada yang berseru. Tentang dekatnya Tuhan,
digambarkan oleh ayat berikut, "Timur dan Barat kepunyaan Tuhan, maka
kemana saja kamu berpaling di situ ada wajah Tuhan" (QS. al-Baqarah 115).
Ayat ini mengandung arti bahwa dimana saja Tuhan dapat dijumpai. Tuhan dekat
dan sufi tak perlu pergi jauh, untuk menjumpainya. Tuhan memang dekat sekali
dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebut al-Qur'an dan Hadits.
Ayat 186 dari surat
al-Baqarah mengatakan, "Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka
Aku dekat dan mengabulkan seruan orang yang memanggil jika Aku dipanggil."
2. Untuk
mencari tuhan, untuk mencari Tuhan; sufi tak perlu pergi jauh; cukup ia masuk
kedalam dirinya dan Tuhan yang dicarinya akan ia jumpai dalam dirinya sendiri.
Dalam konteks inilah ayat berikut dipahami kaum sufi, "Bukanlah kamu yang
membunuh mereka, tapi Allah-lah yang membunuh dan bukanlah engkau yang
melontarkan ketika engkau lontarkan (pasir) tapi Allah-lah yang melontarkannya
(QS. al-Anfal 17).
3. Untuk
menyatukan diri dengan tuhan; Sufi melihat persatuan manusia dengan Tuhan.
Perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Bahwa Tuhan dekat bukan hanya kepada
manusia, tapi juga kepada makhluk lain sebagaimana dijelaskan hadis berikut,
"Pada mulanya Aku adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin
dikenal. Maka Kuciptakan makhluk, dan melalui mereka Aku-pun dikenal
bahwa Tuhan dan makhluk bersatu, dan bukan manusia saja yang bersatu dengan Tuhan. Kalau ayat-ayat diatas mengandung arti ittihad, persatuan manusia dengan Tuhan, hadits terakhir ini mengandung konsep wahdat al-wujud, kesatuan wujud makhluk dengan Tuhan.
bahwa Tuhan dan makhluk bersatu, dan bukan manusia saja yang bersatu dengan Tuhan. Kalau ayat-ayat diatas mengandung arti ittihad, persatuan manusia dengan Tuhan, hadits terakhir ini mengandung konsep wahdat al-wujud, kesatuan wujud makhluk dengan Tuhan.