Oleh :Khoirul hanafi
Mengutip dari katya harun yahya
Abad ke-20 yang baru saja kita tinggalkan adalah abad peperangan dan pertikaian yang membawa bencana, penderitaan, pembantaian, kemiskinan, dan kerusakan dahsyat. Jutaan orang terbunuh, terbantai, mati kelaparan, terlantar tanpa rumah, tempat bernaung, perlindungan ataupun uluran tangan. Dan semua ini terjadi tanpa tujuan apapun selain demi membela ideologi-ideologi menyimpang. Jutaan orang diperlakuan secara tidak manusiawi yang bahkan binatangpun tidak pantas mendapatkannya. Hampir di setiap waktu dan tempat muncul para penguasa kejam dan diktator yang bertanggung jawab atas segala penderitaan dan bencana ini. Mereka adalah Stalin, Lenin, Trotsky, Mao, Pol Pot, Hitler, Mussolini, Franco.... Sebagian orang-orang ini berideologi sama, sedangkan sebagian lain adalah musuh bebuyutan bagi yang lain. Hanya karena alasan sederhana seperti pertentangan ideologis, mereka menyeret masyarakat ke jurang pertikaian, menjadikan sesama saudara saling bermusuhan, memicu peperangan di antara mereka, melempar bom, membakar dan merusak mobil, rumah, dan pertokoan, serta menggerakkan demonstrasi yang penuh kekerasan. Mereka mempersenjatai orang-orang yang kemudian menggunakannya tanpa belas kasihan untuk memukul pemuda, orang tua, pria, wanita, dan anak-anak hingga mati, atau memaksa orang berdiri menghadap tembok dan menembaknya... Mereka begitu bengis hingga tega mengarahkan senjata ke kepala orang lain dan, dengan menatap matanya, membunuhnya, lalu menginjak kepalanya dengan kaki mereka, hanya karena orang tersebut mendukung paham lain. Mereka mengusir orang-orang dari rumahnya, tidak peduli apakah mereka wanita, anak-anak atau orang tua...
Inilah gambaran singkat tentang bencana di abad ke-20 yang baru saja kita lewati: orang-orang yang mendukung berbagai ideologi yang saling bertentangan, dan yang menenggelamkan umat manusia dalam penderitaan dan genangan darah, dengan mengatasnamakan berbagai ideologi ini.
Fasisme dan Komunisme berada di barisan terdepan dari beragam ideologi yang telah menyebabkan umat manusia menderita di masa suram tersebut. Keduanya seolah terlihat saling bermusuhan, sebagai paham yang berusaha untuk saling menghancurkan. Namun, terdapat fakta yang sungguh menarik di sini: ideologi-ideologi ini tumbuh dan dibesarkan oleh satu sumber ideologis yang sama, serta mendapatkan pengukuhan dan pembenaran dari sumber tersebut. Dan berkat sumberinilah ideologi-ideologi ini mampu menarik masyarakat untuk berpihak kepada mereka. Pada pandangan pertama, sumber ini tidak pernah menarik perhatian siapapun, senantiasa berada di balik layar hingga sekarang, dan selalu menampakkan diri di hadapan umum dengan wajah tak berdosa mereka. Sumber ini adalah filsafat materialisme, dan DARWINISME, yakni bentuk penerapan filsafat materialisme di alam kehidupan.
Darwinisme muncul di abad ke-19 sebagai penghidupan kembali sebuah mitos yang berasal dari bangsa Sumeria dan Yunani Kuno oleh seorang biologiwan amatir Charles Darwin. Sejak saat tersebut, Darwinisme telah menjadi sumber inspirasi utama di balik semua ideologi yang menghancurkan umat manusia. Dengan berkedok ilmiah, Darwinisme memberi jalan bagi ideologi-ideologi tersebut beserta para pendukungnya untuk melakukan tindakan politis demi mendapatkan sebuah pembenaran palsu.
Dengan pembenaran palsu ini, tak lama kemudian teori evolusi meninggalkan bidang ilmu biologi serta palaeontologi, dan mulai merambah ke hubungan antar manusia hingga ke masalah sejarah, serta mempengaruhi bidang-bidang lain, dari politik hingga ke kehidupan sosial. Karena Darwinisme berisi gagasan tertentu yang mendukung sejumlah aliran pemikiran yang mulai mengarah ke pergerakan dan menunjukkan keberadaannya di abad ke-19, Darwinisme mendapatkan dukungan luas dari kalangan ini. Terutama sekali, orang mulai mencoba menerapkan gagasan bahwa terdapat “perjuangan untuk mempertahankan hidup” di antara mahluk hidup di alam, dan, akibatnya, gagasan bahwa “yang kuat bertahan hidup, sedangkan yang lainnya kalah dan musnah” mulai diterapkan pada pemikiran dan perilaku manusia. Ketika pernyataan Darwinisme tentang “alam adalah arena perjuangan dan pertikaian” mulai diterapkan pada manusia dan masyarakat, maka gagasan Hitler untuk membangun ras manusia pilihan, pernyataan Marx tentang “sejarah umat manusia adalah sejarah perjuangan antarkelas masyarakat”, keyakinan kapitalisme bahwa “ yang kuat tumbuh lebih kuat dengan mengorbankan yang lemah,” penjajahan negara dunia ketiga oleh bangsa-bangsa penjajah seperti Inggris, penderitaan bangsa terjajah akibat perlakuan tak manusiawi dari penjajah, perlakuan rasis dan diskriminasi terhadap orang-orang kulit berwarna, kesemuanya ini mendapatkan semacam pembenaran.
Meskipun seorang evolusionis, Robert Wright, pengarang buku The Moral Animal (Moral Binatang), merangkum berbagai bencana kemanusiaan yang ditimbulkan teori evolusi sebagaimana berikut :
Bagaimanapun juga, teori evolusi memiliki sejarah panjang yang sebagian besarnya kelam pada penerapannya dalam masalah kemanusiaan. Setelah bercampur dengan filsafat politik di sekitar peralihan abad ini untuk membentuk ideologi tidak jelas yang dikenal dengan “Darwinisme sosial”, ideologi ini digunakan oleh kaum rasis, fasis dan kapitalis yang tidak memiliki hati nurani.1
Seperti yang akan diuraikan dalam buku ini beserta bukti-bukti yang ada di dalamnya, Darwinisme bukanlah sekedar teori yang berusaha menjelaskan asal mula kehidupan dan hanya terpaku pada bidang ilmu pengetahuan. Darwinisme adalah sebuah dogma yang masih dengan gigih dan keras kepala dipertahankan oleh para pendukung ideologi tertentu, meskipun telah dibuktikan sama sekali keliru dari sudut pandang ilmiah. Di masa kini, banyak ilmuwan, politikus, dan para pemikir, yang menyadari sisi gelap Darwinisme ataupun tidak, mendukung dogma ini.
Jika setiap orang mengetahui ketidakabsahan ilmiah teori ini, yang telah mengilhami para diktator kejam dan mentalitas serta cara berpikir yang bengis, tidak manusiawi dan mementingkan diri sendiri, maka ini akan mengakhiri riwayat ideologi-ideologi berbahaya tersebut. Mereka yang melakukan dan merencanakan kejahatan tidak akan mampu membenarkan tindakan mereka sendiri dengan mengatakan, “Ini adalah hukum alam.” Mereka tidak akan lagi memiliki apa yang disebut dengan pembenaran ilmiah bagi cara pandang mereka yang mementingkan diri sendiri dan tidak mengenal belas kasih.
Ketika pemikiran Darwinisme yang menjadi akar berbagai ideologi berbahaya pada akhirnya dirobohkan, maka hanya ada satu kebenaran yang tersisa. Yakni kebenaran bahwa semua manusia dan alam semesta diciptakan oleh Allah (Tuhan). Mereka yang memahami hal ini juga akan menyadari bahwa satu-satunya kenyataan dan kebenaran yang ada terdapat dalam kitab suci yang Allah turunkan untuk kita. Ketika sebagian besar manusia menyadari kebenaran ini, penderitaan, kesulitan, pembantaian, bencana, ketidakadilan, dan kemiskinan di dunia akan tergantikan oleh pencerahan, keterbukaan, kemakmuran, ketercukupan, kesehatan, dan keberlimpahan. Karenanya, setiap pemikiran menyimpang yang berbahaya bagi kemanusiaan harus terkalahkan dan tersingkirkan oleh ajaran mulia yang membawa keindahan dan kedamaian dalam kehidupan manusia. Membalas batu dengan batu, pukulan dengan pukulan, dan serangan dengan serangan yang lain bukanlah sebuah pemecahan masalah. Pemecahan masalah yang sesungguhnya adalah menghancurkan pola pikir mereka yang melakukan segala tindakan ini, dan dengan sabar dan santun menjelaskan kepada mereka satu-satunya kebenaran untuk menggantikan kesalahan cara berpikir yang mereka anut.
Tujuan penulisan buku ini adalah menunjukkan kepada mereka yang mempertahankan Darwinisme tanpa memahami sisi gelapnya, sadar ataupun tidak, apa yang sebenarnya mereka dukung, dan untuk menjelaskan apa yang akan menjadi tanggung jawab mereka jika tetap berpaling dari kebenaran ini. Tujuan lainnya adalah untuk menyadarkan dan memberi peringatan kepada mereka yang tidak mempercayai Darwinisme, akan tetapi pada saat yang sama tidak juga melihatnya sebagai ancaman bagi kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar