Khoirul hanafi, mengutip dari karya harun yahya
Al-Qur`an menginformasikan kepada kita tentang kebenaran sifat-sifat Allah,
“Allah, tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah
) melainkan Dia Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus ( makhluk-Nya ),
tidak mengantuk dan tidak tidur, Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Tiada dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui
apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi
Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” ( Al-Baqarah: 255 )
“Allahlah yang menciptakan tujuh
langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu
mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya
Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” ( Ath-Thalaaq: 12 )
Akan tetapi, banyak orang yang tidak menerima keberadaan Allah
swt. seperti yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut. Mereka tidak
memahami kekuasaan dan kebesaran-Nya yang abadi. Mereka memercayai kebohongan
bahwa merekalah yang mengatur diri mereka sendiri dan berpikir bahwa Allah
berada di suatu tempat yang jauh di alam semesta dan jarang mencampuri “perkara
keduniaan”. Pemahaman terbatas orang-orang ini disebutkan dalam Al-Qur`an, “Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya,
Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahakuasa.” ( Al-Hajj: 74 )
Memahami kekuasaan Allah swt. dengan baik merupakan ikatan
awal dalam rantai keimanan. Sesungguhnya, seorang mukmin akan meninggalkan
pandangan masyarakat yang menyimpang tentang kekuasaan Allah swt. dan menolak
keyakinan sesat dengan mengatakan, “Dan
bahwasanya Orang yang kurang akal dari kami dahulu selalu mengatakan
(perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.” ( Al-Jin: 4 )
Kaum muslimin memercayai Allah swt. sesuai dengan penjelasan
Al-Qur`an. Mereka melihat tanda-tanda keberadaan Allah pada dunia nyata dan alam
gaib, kemudian mulai memercayai keagungan seni dan kekuasaan Allah.
Akan tetapi, jika umat berpaling dari Allah serta gagal
bertafakur kepada Allah dan ciptaan-Nya, mereka akan mudah terpengaruh oleh keyakinan-keyakinan
yang menyesatkan pada saat ditimpa kesusahan. Allah menyebutnya sebagai bahaya
yang potensial, dalam surah Ali Imran: 154, mengenai umat yang menyerah dalam
berperang, “sedang segolongan lagi telah dicemaskan
oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah
seperti sangkaan jahiliah”
Seorang muslim seharusnya tidak melakukan kesalahan
seperti itu. Karena itu, dia harus membebaskan hatinya dari segala sesuatu yang
dapat memunculkan sangkaan jahiliah dan menerima keimanan yang nyata dengan
segenap jiwa sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur`an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar